KTR Universitas Sriwijaya: ANALISA SITUASI DAMPAK ASAP ROKOK BAGI PEROKOK AKTIF DAN PASIF

ANALISA SITUASI DAMPAK ASAP ROKOK BAGI PEROKOK AKTIF DAN PASIF

Salah satu indikator kemakmuran rakyat adalah tingginya derajat kesehatan masyarakat dengan keserasian lingkungan.Oleh karena itu, kondisi sehat yang tidak hanya terbatas pada sehat jasmani dan rohani tetapi juga secara sosial merupakan investasi bagi pembangunan sekaligus sebagai modalitas untuk meningkatkan produktivitas.Peningkatan upaya kesehatan melalui pengendalian produk tembakau tidak pernah menjadi isu politik utama meski disadari bahwa hidup sehat merupakan hak asasi manusia.Perilaku merokok yang cenderung tidak ramah terhadap lingkungan merupakan salah satu efek dari kurangnya pengendalian terhadap produk tembakau.Perilaku merokok tidak hanya memberikan dampak kesehatan bagi seorang perokok namun juga merugikan orang-orang di sekelilingnya terutama keluarga dengan menjadikan mereka sebagai perokok pasif.Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2010), informasi mengenai perilaku merokok dapat dimanfaatkan oleh pembuat kebijakan dalam menerapkan strategi pencegahan untuk menghindari beban akibat rokok tersebut tidak hanya bagi perokok aktif tetapi juga terhadap perokok pasif.(1)

Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO),  tembakaumenjadi faktor resiko dari enam penyakit dari delapan penyakit yang menyebabkan kematian di dunia, yaitu faktor resiko dari penyakit ; Jantung, Gangguan Aliran dara ke otak (pemicu stroke dan atherosclerosis), ISPA, gangguan Paru Obstruktif, Tuberkulosis, kanker paru dan saluran pernafasan. Angka kumulatif kematian yang disebabkan oleh tembakau diprediksi akan mencapai 175 juta populasi dunia.(2).Umumnya, dua per tiga perokok hidup di sepuluh negara, termasuk Indonesia(2), World Health Organization, 2008b).

Merokok tidak hanya berakibat negatif bagi kesehatan, tetapi juga berdampak negatif ekonomi masyarakat dan individu (Reimondos dkk, 2012).Penelitian Barber dkk pada tahun 2008 menyebutkan biaya pemeliharaan kesehatan untuk penyakit-penyakit yang disebabkan rokok diperkirakan mencapai Rp.11 trilyun atau US$1,2 juta per tahun. Pada tingkat individu, merokok juga memerlukan biaya ekonomi tinggi. Menurut data SUSENAS (2005), pada rumah tangga dengan perokok, 11.5 % dari total pengeluaran bulanan rumah tangga digunakan untuk rokok. Persentase pengeluaran rumah tangga untuk rokok bahkan lebih besar lagi pada keluarga yang kurang mampu (Reimondos dkk, 2012).(3, 4)
Di Indonesia, setiap tahunnya ada 427.948 orang meninggal dunia akibat merokok , yaitu 1.172 orang setiap hari, 48 orang mati setiap jam,1 orang mati setiap 1 ¼ menit atau setiap 75 detik, karena dalam satu batang rokok mengandung banyak zat yang berbahaya untuk kesehatan dan memicu terjadinya berbagai penyakit. {Najmah, 2014 #8; Taufiq, 2012 #1}. Berbagai penyakit yang dapat dipicu melalui perilaku merokok antara lain infeksi saluranpernafasan atas (ISPA), pneumonia dan tuberkulosis (TB). Prevalensi nasional penyakit tersebut secara berturut adalah 8,10; 0,63 dan 0,40. Jika dibandingkan dengan angka tersebut Provinsi Sumatera Selatan memiliki prevalensi ISPA dan Pneumonia di atas rata-rata nasional yakni 10,08 dan 0,75 sedangkan prevalensi TB 0,15 lebih rendah dibandingkan dengan rerata kejadiannya di Indonesia.
Berikut adalah proporsi penyakit utama terkait konsumsi tembakau di Indonesia pada tahun 2010.(5)
 Tabel diatas menunjukkan pada tahun 2010, penyakit paru obstruktif kronik penyakit terbanyak, diikuti oleh penyakit jantung koroner, penyakit stroke dan tumor paru, bronchus dan trachea; dengan total kasus 384.05.  Jumlah kematian terbanyak disebabkan oleh penyakit stroke, bayi berat lahir Rendah/low birth weight, serta kanker trachea, bronchus, dan paru dengan total kematian sebesar 190.260 kasus (100.680 laki-laki dan 50.520 wanita). (5)
                Perilaku merokok tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan kesehatan perokok aktif tetapi juga terbukti mempengaruhi status kesehatan perokok pasif. Asap rokok membunuh 1 non-perokok dari setiap 8 orang yang meninggal akibat merokok.  Pada tahun 2011 , The Tobacco Atlas mencatat bahwa setidaknya 600.000 perokok pasif meninggal dan 75% diantaranya adalah wanita dan anak-anak.Para perokok pasif memiliki beban ekonomi hingga 10 persen untuk keperluan biaya kesehatan terkait paparan asap rokok. Berdasarkan RISKESDAS 2007 terdapat 40.5% dari total populasi adalah perokok pasif ada sekitar 59.1% anak balita adalah perokok pasif. (6-9)
                Perokok pasif yang menghirup asap aliran samping berisiko mengidap kanker paru-paru sebesar 20-30% dan penyakit jantung sebesar 23% dan efek lainnya rambut menjadi bau, mata iritasi, hingga stroke otak. Sedangkan bagi ibu hamil, asap rokok dapat berpengaruh pada tumbuh kembang janin. Selain itu berdasarkan hasil penelitian di Kabupaten Padang Pariaman 53,5% ibu hamil adalah perokok pasif dan ada pengaruh perokok pasif terhadap plasenta, berat badan lahir, apgar score bayi baru lahir. 41,9% plasenta bayi baru lahir tidak normal, 32,6% bayi dengan asfiksia ringan, dan dengan nilai p= 0,027 berarti ada pengaruh perokok pasif yang bermakna dengan kurangnya apgar score bayi. Hasil paparan asap rokok diperkirakan menyebabkan 379.000 kematian akibat penyakit jantung, 165.000 infeksi pernafasan bawah, 36.900 asma dan 21.400 penyakit kanker paru-paru.(10, 11)
                Mengingat besarnya dampak rokok terhadap perokok pasif dan dalam rangka mengurangi besaran dampak akibat perilaku merokok, diperlukan suatu upaya inisiasi kawasan tanpa asap rokok tingkat rumah tangga, tempat umum, alat transportasi, sekolah, tempat ibadah dan tempat lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © KTR Universitas Sriwijaya Urang-kurai