Pages

Kamis, 06 Agustus 2015

APA ITU PERILAKU MEROKOK DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA?

A.    Perilaku Merokok


WHO (1998) telah menerbitkan pedoman standar untuk mengukur perilaku merokok.Pedoman ini secara umum membagi kategori individu berdasarkan perilaku merokok menjadi dua kategori yaitu perokok dan bukan perokok.Seorang perokok adalah orang yang pada saat survei, merokok produk tembakau baik harian atau kadang-kadang.Perokok harian adalah orang, yang merokok produk tembakau setidaknya sekali sehari (perokok yang tidak merokok pada hari-hari puasa agama, masih diklasifikasikan sebagai perokok harian), sedangkan perokok kadang-kasang adalah orangyang merokok, tapi tidak setiap hari.Bukan perokok adalah orang yang pada saat survei, tidak merokok sama sekali. Bukan perokok dapat diklasifikasikan lagi menjadi mantan perokok dan sama sekali tidak pernah merokok.(2)
Smet (1994) mengklasifikasikan perokok berdasarkan banyaknya rokok yang dihisap dalam 3 tipe, yaitu; (1) perokok berat, merupakan perokok yang  menghisap rokok lebih dari 15 batang dalam sehari; (2) perokok sedang, merupakan perokok yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari; (3) perokok ringan, merupakan perokok yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.(12)
Perilaku merokok berdasarkan tempat-tempat untuk merokok, diklasifikasikan ke dalam 3 tipe (Mu’tadin, 2002), yaitu:
1.      Merokok di tempat-tempat umum (ruang publik)
Tipe ini terbagi lagi menjadi dua yaitu kelompok homogen dan kelompok heterogen. Kelompok homogen (sama-sama perokok) menikmati kebiasaannya secara bergerombol, umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area. Kelompok heterogen melakukan kegiatan merokok di tengah-tengah orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit dan lain-lain.
2.      Merokok di tempat-tempat pribadi
Tipe ini juga diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Kelompok yang merokok di kantor atau kamar pribadi dan kelompok  yang merokok di toilet.
a.       Kantor atau di kamar tidur pribadi
Perokok memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.
b.      Toilet
Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.(13)

Tomkins dalam Mu’tadin (2002) mengemukakan, ada 4 tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory, yaitu:
1.      Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif, (a) pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan; (b) simulation to pick them up, yaitu perilaku merokok hanya dilakukan perilaku merokok yang dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan; (c) Pleasure of handling the cigarette adalah kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.
2.      Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat.
3.      Perilaku merokok yang adiktif (psychological addiction) adalah perilaku dengan menambahkan dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang diisapnya berkurang.
4.      Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin atau tanpa dipikirkan dan tanpa disadari.(13)

B.     Faktor yang Mendorong Perilaku Merokok


Epidemi tembakau ini telah dimulai dan ditopang dengan strategi agresif industri tembakau (rokok), yang telah sengaja menyembunyikan risiko merokok (U.S. Department of Health and Human Services, 2014).Berbagai cara dilakukan oleh industri rokok untuk memasarkan produknya. Salah satunya melalui iklan rokok yang menarik.Industri rokok sering menampilkan iklan-iklan yang menunjukkan merokok sebagai simbol kemerdekaan berekspresi dan perlawanan terhadap peraturan yang konservatif. Pada tahun 20-an, orang tua tidak lagi sanggup menahan anak remajanya untuk tidak merokok (Mahommad, 2011), hal ini juga terlihat hasil riskesdas pada tahun 2010 dimana mayoritas perokok mulai merokok pada usia remaja. Di kalangan remaja laki-laki disebarkan padangan bahwa “kalau tidak merokok,  lebih baik bergabung dengan banci”, dan di kalangan remaja perempuan disebarkan pandangan bahwa “merokoklah bila ingin sejajar dengan laki-laki”. (1, 14, 15)
Penelitian Komalasari dan Helmi (2002) menyebutkan beberapa faktor penyebab perilaku merokok pada remaja antara lain (1) sikap permisif orang tua, merokok dianggap sebagai hal yang wajar, (2) sosialisasi melalui teman sebaya, dan (3) yang paling didominan dipengaruhi oleh adanya kepuasan-kepuasan setelah merokok. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pertimbangan-pertimbangan emosional lebih mempengaruhi dibandingkan pertimbangan-pertimbangan rasional dalam berprilaku merokok.(16)
Hasil penelitian Lucia dkk menunjukkan Sebesar 24.5 % perilaku merokok pada remaja dipengaruhi oleh teman dekatnya dan oleh rendahnya minat keinginan untuk menolak merokok dari teman-teman dekatnya.Selain itu faktor lain yang juga mempengaruhi perilaku merokok seseorang terutama remaja adalah pendidikan kesehatan, kurangnya informasi mengenai bahaya rokok, rendahnya kesadaran, lingkungan keluarga karena adanya dukungan dari orang tua yang memperbolehkan seorang anak merokok, serta umumnya terjadi pada remaja kategori ekonomi rendah yang dipengaruhi oleh teman-teman sebayanya dan ada teman untuk bersama-sama merokok, serta karena adanya persepsi bahwa merokok merupakan kegiatan yang menyenangkan.(17-22)

(Sumber: Najmah dkk, 2014, Modul Kawasan Tanpa Rokok, teori dan aplikasi, Lembaga Penelitian Unsri, Indralaya, Indonesia)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar